“Sayang
bangun Sayang, tadi malam Papi kan sudah bilang Kamu harus ikut Papi ke kantor”
suara halus Mami yang hampir setiap Pagi terdengar ditelinga Ku, untuk
membangunkan Ku dan membukakan jendela kamar Ku.
“Aku
kan sudah bilang, Aku tidak mau Mi!” jawab Ku dan kembaling menutup diri dengan
selimut.
“Sudah
Kamu turuti saja kemauan Papi, Kamu kan anak semata wayang jadi siapa lagi yang
akan mengurus semua bisnis Papi mu, tidak mungkin Papi menghabiskan hari tua
sambil bekerjakan, Sayang”
“Tapi
Mii..” Mami menarik tangan Ku dan menuntun Ku ke kamar mandi.
“Sudah
jangan banyak alasan lagi, Kamu mandi lalu ikut sarapan di bawah”
“Iya,
Mami” jawab Ku pasrah, Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi inilah nasib Ku
menjadi ahli waris tunggal dari pengusaha kaya.
Selesai
mandi Aku mengenakan baju yang telah disiapkan oleh Mami Aku tahu pasti Mami pasti
takut Aku hanya memakai kaos oblong dan celana pendek yang biasa Aku pakai
kalau sedang berada di rumah.
Banyak
orang berkata “Hidup Mu enak ya, Wan menjadi ahli waris tunggal dari pengusaha
kaya yang terkenal, bisa kaya tujuh turunana Kamu bahkan lebih”. Ya hanya itu
yang mereka tahu, Aku rela bertukar posisi dengan siapapun asal Aku bisa hidup
tanpa diatur sedikitpun, kalau mereka tahu pasti tidak akan mau bertukar posisi
dengan Ku, Kuliah saja Aku harus masuk fakulitas perbisnisan, Padahal Aku ingin
sekali masuk fakulitas kesenian, banyak orang yang bilang Aku mempunyai suara
yang cukup merdu untuk di dengar, tapi sayang Papi tidak pernah mengizinkan Ku
untuk berkarir di dunia seni, Papi itu memang egois!!.
Tok..tok..
“Den,
sudah di tunggu Tuan dan Nyonya di bawah” ucap Bi Uki.
“Iya
Bi, Awan akan segera ke bawah”
“Baik
Den” lama kelamaan suara langkah kaki yang menuruni tangga pun hilang, Aku pun
segera bergegas turun.
“Morning
Papi, morning Mami” kata Ku sambil mencium pipi mereka.
“Morning
Sayang” seperti biasa hanya Mami yang menjawab sedangkan Papi sibuk dengan
korannya.
“Ini
Sayang rotinya” kata Mami sambil memberikan dua roti tumpuk yang di tengahnya
telah di beri selai coklat.
“Makasih
Mi”
“Wan
Kamu bawa saja rotinya, Papi ada meeting
dengan client penting Papi”
“Baiklah
Pi” seperti biasa hanya menjadi robotnya Papi yang menuruti apa kata Papi.
“Hati-hati
yang Sayang” ucap Mami setelah Aku dan Papi berpamitan.
****
Aku
mencoba keluar dari ruang kerja Papi karena Aku sudah di gerogoti rasa bosan,
saat Aku keluar.
“Aduh
kalau jalan, liat-liat ya mas” suara seorang perempuan yang baru saja Aku
tabrak.
“Sorry..sorry”
ternyata perempuan itu tidak mendengar kata maaf Ku karena dia sudah berlari cepat
sekilas bukan seperti karyawati di sini karena dia menggunakan baju putih dan
rok abu-abu dan itu tandanya dia masih SMA.
“Sorry
Mbak ganggu, apa Mbak tahu siapa yang tadi Saya tabrak?”
“Yang
mana ya mas Saya tidak memerhatikan” tanyannya, ternyata sibuk sekali menjadi
karyawan di sini pantas saja Papi sangat-sangat kaku.
“Yang
tadi pakai seragam sekolah Mbak?”
“Oh,
itu Mbak Lyli anaknya Pak Santoso, tangan kanannya Bapaknya Mas, masa Mas nggak
tahu sih”
“Oh
anaknya Om Santoso, makasih ya Mbak”
*****
Saat
di lobi kantor Aku melihat Lyli sedang asik membaca novel remaja, Aku coba
untuk menghampirinya.
“
Hai”
“Ada
apa Kamu kesini, apa Kamu tidak punya pekerjaan sehingga menggangu orang lain”
Jawab Lyli ketus.
“Ada
sih, tapi penasaran sama Kamu”
“Hai
Pa” tiba-tiba anak itu berlari dan menghampiri laki-laki paruh baya yang
ternyata Om Santoso.
“Kamu
sedang apa dengan Awan? Apa kalian sudah saling kenal?” tanya Papanya.
“Pagi
Om”
“Dia
tuh Pa, yang genit nyamperin Aku”
“Hai
Santoso” kata Papi dari belakang dan menepuk pundak Om Santoso.
“Sedang
apa kalian di sini, sudah jam makan siang lebih baik kita ke resto jepang di depan
kantor” ajak Papi.
*****
Aku
sudah mengira Pasti Lyli akan merasa bosan sebab Aku juga begitu, akhirnya Aku
mengajak Lyli untuk keluar dan ternyata dia mengiyakan ajakan Ku, Ku ajak saja
dia untuk makan di warung nasi uduk Bu Ratmih di pinggir jalan, sambil
bercerita-cerita sejak saat itu Aku dan Lyli menjadi dekat, hampir setiap hari Aku
mengantar Lyli ke sekolah dan mampir di warung nasi uduk Bu Ratmih.
Dia
juga pernah bercerita tentang mantannya yang hanya tergiur dengan hartanya, sampai
saat ini dia menjadi trauma untuk mempunyai kekasih, dia juga cerita kalau saat
ini dia sedang menyukai seorang laki-laki tapi dia belum berani untuk
menyatakan perasaannya.
Semenjak
dia sering cerita tentang laki-laki itu Aku merasa sangat kesal, apa ini yang
dinamakan jatuh cinta, sangat-sangat aneh rasanya.
“Kak,
mau ya temanin Lyli datang ke ulang tahunnya Rina, please!” Pintanya, kenapa dia tidak mengajak laki-laki yang dia
suka, mengapa harus Aku dasar anak ABG, hanya bisa bikin pusing orang dewasa
saja.
*****
Saat
Aku mempertimbangkan kenapa Aku tidak mencoba saja untuk mengatakan sejujurnya
kepada Lyli, tidak ada salahnya kan menghilangkan sesak di dada karena
keinginan yang sangat untuk mendapatkan Lyli apalagi Papi sagat mendesak Ku
untuk mencari calon istri.
“Sayang
Kamu tidak membeli kado untuk Lyli” suara Mami yag tiba-tiba datang dan menyadarkan
Ku dari lamunan.
“Kado?
Buat apa Mi?” tanya Ku binggung.
“Besokan
Lyli sweet seventeen Sayang masa Kamu
tidak tahu?”
Dari
sini ide gila Ku muncul untuk mengajak Lyli makan malam di restoran jepang
dengan suasana yang sangat romantis, segera Ku ambil sweater dan Kunci mobil
untuk membeli kado spesial untuk Lyli.
*****
Setelah
acara ulang tahun Lyli selesai Aku meminta izin kepada orang tuanya untuk
mengajaknya keluar sebentar.
“Kak
Awan sebenarnya kita mau kemana sih?” tanya Lyli penasaran.
“Udah
Kamu duduk manis, dan jangan berisik” dan ternyata untuk saat ini Lyli menuruti
apa kata Ku, setelah sampai di tempat tujuan Aku sengaja memarkir mobil agak
jauh dari lokasi, dan menyuruh Lyli menggunakan penutup mata yang sengaja Ku
bawa.
“Kak
Awan mau kemana sih pakai segala ditutup gini mata Lyli” protes Lyli.
“Sssstttt,
jangan berisik udah jalan, ini kita udah sampai kok”
Setelah
Aku buka penutup matanya, Lyli sangat terkejut dengan suasana yang benar-benar
gelap.
“Kak
Awan kok gelap, Lyli takut”
Nah
kata-kata takut Lyli lah yang menjadikan lampu disekitar menyala, dan ada dua
orang pelayan yang menyuguhkan makanan dan minuman di depan Lyli.
“Waw..
makanannya banyak banget Kak? Buat siapa?”
“Buat Kamulah, dibuka dong”
Lyli
pun membuka tutup saji yang berada tepat di depannya.
“Kak
ada cincinnya loh” ucapnya polos dan langsung memakai dijari manisnya.
“Itu
memang buat Kamu” kata Ku dan mencoba meraih tangan Lyli.
“Ly,
sebenarnya Kakak mulai suka sama Kamu saat pertama kali Kakak nabrak Kamu di
kantor Papi, ya memang ini terlalu terburu-buru sih, Kakak tahu Kamu punya
trauma dengan laki-laki, Kakak disini ingin sekali Kamu tahu kalau Kakak nggak
bisa kehilangan Lyli, Kakak ingin Lyli menjadi perempuan ke dua yang Kakak Sayang
setelah Mami, Lyli maukan jadi orang yang Kakak Sayang?”.
Saat itu Aku hanya melihat Lyli tersenyum dan
menganggukan kepala, Aku masih bertanya-tanya, bukankah Lyli sedang menyukai
seorang laki-laki.
“Kak
Awan, Lyli nggak pernah menyangka kalau Kakak punya perasaan yang sama dengan
Lyli, mau tahu nggak Kakak laki-laki yang sering Lyli ceritain ke Kakak itu
diri Kakak sendiri, Lyli kira Kakak nggak akan suka sama Lyli karena Lyli baru
17 tahun, tenyata umur bukan penghalang”.
“Walaupun
umur kakak delapan tahun diatas kamu, Kakak tetep sayang sama Kamu”.
Rasanya
seperti Mimpi ketiban durian runtuh saja, saat ini Aku sangat-sangat bahagia
dan Aku berjanji tidak akan menyakiti Lyli dan menjaganya melebih apapun.
SELESAI!
By:
Firda Zakiya
0 komentar:
Posting Komentar