Aku Hana siswi
kelas 3 SMK di daerah Bekasi, aku mempunyai sahabat Tami namanya dia cantik dan
pendiam, sewaktu kami masih jadi anak baru di sekolah sudah banyak kakak kelas
yang mendekatinya tapi Tami selalu menutup diri terkadang demi menghormati
mereka Tami memberikan nomor handphonenya setiap mereka meminta.
Selayaknya anak
baru yang langsung tenar dikalangan kakak kelas tidak jarang sindiran tajam datang
dari senior perempuan yang iri terhadapnya tapi dia diam saja, buat dia
sindiruan atau hinaan adalah motivasi bagi hidupnya.
Terkadang aku
juga merasa iri dengan kecantikan dan kepintaranya dalam pelajaran bahasa
inggris.
***
“Han, besok
kayaknya gua nggak masuk ni, izinin gua ya!” ucap Tami.
“Kenapa Tam?
Masuk dong nanti gua sama siapa besokan ada pelajaran bahasa inggris” ujarku
memelas.
“Ada urusan
keluarga Han, ya kan temen lu bukan cuma gua, ada Doni yang selalu perhatian
sama lu, dia juga jago bahasa inggrisnya pasti dia nggak akan sungkan buat
ngajarin lu”
“Doni” ucapku sambil melirik kearah Doni,
ternyata saat itu pula Doni sedang melihat kearahku, deg.. ternyata dia lagi
liat kearah sini dari kapan ya??.
“Tuhkan lihat
deh dari tadi matanya nggak kedip ngelihat kearah lu Hhahah” ledek Tami.
Doni sejak kelas
satu tepatnya sejak kami satu kelompok dan saat itu juga dia memiliki nomor
handphone ku, dia juga berkali-kali menyatakan perasaannya kepadaku, tapi aku
menolaknya bukan karena aku tidak menyukainya, tapi Tami menyukai Doni sebelum
Doni menyukaiku, aku tidak akan melukai hati sahabat ku walaupun berulang kali
Tami mengakatakan kalau dia sudah tidak menyukai Doni, tapi matanya selalu
berkata beda.
“Han, kenapa sih
kok cintanya Doni lu tolak? Diakan baik banget” tanyanya menyelidiki.
“Udahlah Tam gua
males ngebahas ini” ucapku dan berdiri meninggalkan Tami.
***
Di kamar mandi
aku bertemu dengan Rini adik kandung Tami.
“Kak Hana, kak
Tami mana? Tumben nggak bareng kak” tanyanya.
“Ada di kelas
Rin, emangnya kakak kembar siam sampai ke kamar mandi ajah bareng..hehehe”
jawabku dengan sedikut candaan, oh ya kebetulan ada Rini aku jadi penasaran sama
acara keluarga yang membuat Tami izin tidak masuk sekolah.
“Rin, besok
emangnya ada acara keluarga ya?”
“Acara keluarga?
Setahu aku nggak ada kak, ada apa kak?” tanyanya penasaran.
“Oh, nggak ada
kok Rin, aku kelas dulu ya” ujarku dan langsung meninggalkan Rini.
Aneh kenapa Tami
berbohong pasti ada yang dia sembunyikan, gimana cara mengetahuinya ya?
Bruuukk.
“Aww, hati-hati
dong” ucapku sambil berusaha bangun.
“Maaf Han, gua
nggak sengaja” ujarnya dengan mengulurkan tangan untuk membantu ku bangun dan
aku menggapai tangannya karena kakiku terasa sakit, ketika aku telah berdiri
dan berhadapan dengannya ternyata Doni.
***
“Lian Utami”
panggil bu Marni mengabsen satu persatu murid.
“Izin bu, katanya
ada acara keluarga” ucapku, untung saja bu Marni tidak meminta surat izin,
soalnya aku lupa meminta surat izin ke Tami.
Jam pelajaran
pun dimulai tiba-tiba Doni duduk di tempat duduk Tami, tepatnya di samping ku,
nggak biasaya aku merasa gugup dan jantung ku terasa mau loncat, duh kenapa dia
duduk di sini sih bikin aku tambah nggak konsen belajar ajah.. hehehe.
“Han, nanti ke
rumah Tami yuk!” ajak Doni mengejutkan ku, ternyata ini tujuan dia duduk di
samping ku, apa dia sekarang suka sama Tami, apa selama ini aku hanya kepedean
ajah, aduuh.. nggak nggak aku nggak lagi jealous!!.
“Han, Hanaa”
ujur Doni sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah ku.
“AYO !!!” tidak
sengaja aku menjawab terlalu bersemangat, hingga bukan hanya Doni yang terkejut
tapi teman-teman ku yang lain serempak melihat ke arah ku dan mendapat teguran
dari bu Marni.
“Hana, ada apa?
Apa kamu sudah bosan dengan pelajara saya?” ujar bu Marni dengan bertolak
pinggang.
“Ma...maaf bu” kata
sambil berharap tidak di keluarkan dari kelas.
“Kali ini saya
maafkan sekali lagi kamu buat keributan saya akan keluarkan kamu dari kelas”.
“Baik bu” huff
syukurlah aku masih dibolehkan di kelas, biasanya bu Marni akan langsung
mengeluarkan dan memberi hukuman kepada murid yang membuat onar di kelas.
***
Saat aku
dan Doni ke rumah Tami ternyata dia tidak ada di rumah melainkan menjalani
perawatan di rumah sakit dia sudah lama menderita kanker
otak, pantas saja dia sering mengeluh pusing dan mual itu aku dapatkan dari mamanya, sebenarnya mereka harus mengrahasian hal
tersenut kepada ku tapi aku memaksa.
“Jadi selama ini Tami menderita tante?” ujarku meneteskan air mata.
“Tapi tante harap kamu jangan menanyakan hal ini kepada Tami, besok Tami
akan mulai mask sekolah lagi”.
“Masuk sekolah
bukankah Tami harus dirawat?” Doni ikut angkat bicara.
“Ya begitulah Tami dia tidak ingin sisa umurnya di sia-siakan dengan
tidur-tiduran di kamar rumah sakit”.
Jadi ini sebabnya dia berbohong, dia tidak mau orang lain kasian dengan
keadaanya, aku janji akan membantu dia.
***
Tiga bulan sudah aku mengetahui tentang penyakit yang diderita
sahabatku, aku juga telah mengetahui kalau Doni adalah sepupu dari Tami,
Tamilah yang meminta Doni untuk mendekatiku dan menjagaku selama dia menjalani
perawatan.
Aku selalu sedih setiap kali Tami menyembunyikan rambutnya yang mulai
rontok, dia selalu bilang kalau dia salah mengunakan sampo, dan aku mencoba
untuk tersenyum agar dia tidak curiga.
***
Seminggu setelah Tami sahabat ku yang ku cinta berpulang kepangkuan sang
penguasa, adiknya Rini adik Tami dan Doni datang kerumah ku.
“Han, lu baik-baik ajakan?” Tanya Doni cemas karena melihat wajahku yang
pucat dan mataku yang bengkak, bagaimana tidak bengkak setiap kali aku melihat
fotoku dan Tami yang terpajang di kamarku aku selalu menangis, aku rasa ini
terlalu cepat untuk orang sebaik Tami.
“I’m ok!” jawabku sambil tersenyum.
“Ada apa kalian kesini?”.
“Ini kak, titipan dari kak Tami” ucapnya sambil menyodorkan surat kepada
ku.
“Ya sudah kalau gitu kita balik dulu ya Han, janagn terlalu terpuruk,
jaga kondisi kesehatan lu” ujar Doni.
“Lebay banget sih lu, gua sehat begini, ya sudah hati-hati ya!!”
Setelah mereka pergi aku langsung membuka surat dari Tami.
To : my bestfriend
Han maafin gua ya! yang selalu nyusahin lu atas semua pertanyaan dari
kakak kelas ataupun sindiran mereka, gua tahu lu selalu merasa terkanggu dengan
mereka.
Mungkin disaat lu baca surat ini kita udah nggak bisa bercanda bareng
lagi, gua yakin suatu saat Tuhan akan mempertemukan kita dan mengizinkan kita
untuk bermain dan tertawa bersama.
Gimana sepupu gua yang ganteng itu apa dia udah nyatain perasaannya sama
lu?di terima ya!
Maaf ya Han, gua nggak nepatin janji gua buat kuliah bareng di Jepang,
tapi gua yakin kok lu bisa untuk wujutin impian lu itu.
Gua harap lu jangan sedih lagi ya, gua disi udah tenang kok, kalau lu
nagis disini gua bakalan sedih juga.
Your bestfriend
Lian
Utami
By:
Firda zakiya
0 komentar:
Posting Komentar