Blogroll
Free Music at divine-music.info
Jumat, 19 Oktober 2012
Sabtu, 22 September 2012
Surat Untuk Hana
Aku Hana siswi
kelas 3 SMK di daerah Bekasi, aku mempunyai sahabat Tami namanya dia cantik dan
pendiam, sewaktu kami masih jadi anak baru di sekolah sudah banyak kakak kelas
yang mendekatinya tapi Tami selalu menutup diri terkadang demi menghormati
mereka Tami memberikan nomor handphonenya setiap mereka meminta.
Selayaknya anak
baru yang langsung tenar dikalangan kakak kelas tidak jarang sindiran tajam datang
dari senior perempuan yang iri terhadapnya tapi dia diam saja, buat dia
sindiruan atau hinaan adalah motivasi bagi hidupnya.
Terkadang aku
juga merasa iri dengan kecantikan dan kepintaranya dalam pelajaran bahasa
inggris.
***
“Han, besok
kayaknya gua nggak masuk ni, izinin gua ya!” ucap Tami.
“Kenapa Tam?
Masuk dong nanti gua sama siapa besokan ada pelajaran bahasa inggris” ujarku
memelas.
“Ada urusan
keluarga Han, ya kan temen lu bukan cuma gua, ada Doni yang selalu perhatian
sama lu, dia juga jago bahasa inggrisnya pasti dia nggak akan sungkan buat
ngajarin lu”
“Doni” ucapku sambil melirik kearah Doni,
ternyata saat itu pula Doni sedang melihat kearahku, deg.. ternyata dia lagi
liat kearah sini dari kapan ya??.
“Tuhkan lihat
deh dari tadi matanya nggak kedip ngelihat kearah lu Hhahah” ledek Tami.
Doni sejak kelas
satu tepatnya sejak kami satu kelompok dan saat itu juga dia memiliki nomor
handphone ku, dia juga berkali-kali menyatakan perasaannya kepadaku, tapi aku
menolaknya bukan karena aku tidak menyukainya, tapi Tami menyukai Doni sebelum
Doni menyukaiku, aku tidak akan melukai hati sahabat ku walaupun berulang kali
Tami mengakatakan kalau dia sudah tidak menyukai Doni, tapi matanya selalu
berkata beda.
“Han, kenapa sih
kok cintanya Doni lu tolak? Diakan baik banget” tanyanya menyelidiki.
“Udahlah Tam gua
males ngebahas ini” ucapku dan berdiri meninggalkan Tami.
***
Di kamar mandi
aku bertemu dengan Rini adik kandung Tami.
“Kak Hana, kak
Tami mana? Tumben nggak bareng kak” tanyanya.
“Ada di kelas
Rin, emangnya kakak kembar siam sampai ke kamar mandi ajah bareng..hehehe”
jawabku dengan sedikut candaan, oh ya kebetulan ada Rini aku jadi penasaran sama
acara keluarga yang membuat Tami izin tidak masuk sekolah.
“Rin, besok
emangnya ada acara keluarga ya?”
“Acara keluarga?
Setahu aku nggak ada kak, ada apa kak?” tanyanya penasaran.
“Oh, nggak ada
kok Rin, aku kelas dulu ya” ujarku dan langsung meninggalkan Rini.
Aneh kenapa Tami
berbohong pasti ada yang dia sembunyikan, gimana cara mengetahuinya ya?
Bruuukk.
“Aww, hati-hati
dong” ucapku sambil berusaha bangun.
“Maaf Han, gua
nggak sengaja” ujarnya dengan mengulurkan tangan untuk membantu ku bangun dan
aku menggapai tangannya karena kakiku terasa sakit, ketika aku telah berdiri
dan berhadapan dengannya ternyata Doni.
***
“Lian Utami”
panggil bu Marni mengabsen satu persatu murid.
“Izin bu, katanya
ada acara keluarga” ucapku, untung saja bu Marni tidak meminta surat izin,
soalnya aku lupa meminta surat izin ke Tami.
Jam pelajaran
pun dimulai tiba-tiba Doni duduk di tempat duduk Tami, tepatnya di samping ku,
nggak biasaya aku merasa gugup dan jantung ku terasa mau loncat, duh kenapa dia
duduk di sini sih bikin aku tambah nggak konsen belajar ajah.. hehehe.
“Han, nanti ke
rumah Tami yuk!” ajak Doni mengejutkan ku, ternyata ini tujuan dia duduk di
samping ku, apa dia sekarang suka sama Tami, apa selama ini aku hanya kepedean
ajah, aduuh.. nggak nggak aku nggak lagi jealous!!.
“Han, Hanaa”
ujur Doni sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah ku.
“AYO !!!” tidak
sengaja aku menjawab terlalu bersemangat, hingga bukan hanya Doni yang terkejut
tapi teman-teman ku yang lain serempak melihat ke arah ku dan mendapat teguran
dari bu Marni.
“Hana, ada apa?
Apa kamu sudah bosan dengan pelajara saya?” ujar bu Marni dengan bertolak
pinggang.
“Ma...maaf bu” kata
sambil berharap tidak di keluarkan dari kelas.
“Kali ini saya
maafkan sekali lagi kamu buat keributan saya akan keluarkan kamu dari kelas”.
“Baik bu” huff
syukurlah aku masih dibolehkan di kelas, biasanya bu Marni akan langsung
mengeluarkan dan memberi hukuman kepada murid yang membuat onar di kelas.
***
Saat aku
dan Doni ke rumah Tami ternyata dia tidak ada di rumah melainkan menjalani
perawatan di rumah sakit dia sudah lama menderita kanker
otak, pantas saja dia sering mengeluh pusing dan mual itu aku dapatkan dari mamanya, sebenarnya mereka harus mengrahasian hal
tersenut kepada ku tapi aku memaksa.
“Jadi selama ini Tami menderita tante?” ujarku meneteskan air mata.
“Tapi tante harap kamu jangan menanyakan hal ini kepada Tami, besok Tami
akan mulai mask sekolah lagi”.
“Masuk sekolah
bukankah Tami harus dirawat?” Doni ikut angkat bicara.
“Ya begitulah Tami dia tidak ingin sisa umurnya di sia-siakan dengan
tidur-tiduran di kamar rumah sakit”.
Jadi ini sebabnya dia berbohong, dia tidak mau orang lain kasian dengan
keadaanya, aku janji akan membantu dia.
***
Tiga bulan sudah aku mengetahui tentang penyakit yang diderita
sahabatku, aku juga telah mengetahui kalau Doni adalah sepupu dari Tami,
Tamilah yang meminta Doni untuk mendekatiku dan menjagaku selama dia menjalani
perawatan.
Aku selalu sedih setiap kali Tami menyembunyikan rambutnya yang mulai
rontok, dia selalu bilang kalau dia salah mengunakan sampo, dan aku mencoba
untuk tersenyum agar dia tidak curiga.
***
Seminggu setelah Tami sahabat ku yang ku cinta berpulang kepangkuan sang
penguasa, adiknya Rini adik Tami dan Doni datang kerumah ku.
“Han, lu baik-baik ajakan?” Tanya Doni cemas karena melihat wajahku yang
pucat dan mataku yang bengkak, bagaimana tidak bengkak setiap kali aku melihat
fotoku dan Tami yang terpajang di kamarku aku selalu menangis, aku rasa ini
terlalu cepat untuk orang sebaik Tami.
“I’m ok!” jawabku sambil tersenyum.
“Ada apa kalian kesini?”.
“Ini kak, titipan dari kak Tami” ucapnya sambil menyodorkan surat kepada
ku.
“Ya sudah kalau gitu kita balik dulu ya Han, janagn terlalu terpuruk,
jaga kondisi kesehatan lu” ujar Doni.
“Lebay banget sih lu, gua sehat begini, ya sudah hati-hati ya!!”
Setelah mereka pergi aku langsung membuka surat dari Tami.
To : my bestfriend
Han maafin gua ya! yang selalu nyusahin lu atas semua pertanyaan dari
kakak kelas ataupun sindiran mereka, gua tahu lu selalu merasa terkanggu dengan
mereka.
Mungkin disaat lu baca surat ini kita udah nggak bisa bercanda bareng
lagi, gua yakin suatu saat Tuhan akan mempertemukan kita dan mengizinkan kita
untuk bermain dan tertawa bersama.
Gimana sepupu gua yang ganteng itu apa dia udah nyatain perasaannya sama
lu?di terima ya!
Maaf ya Han, gua nggak nepatin janji gua buat kuliah bareng di Jepang,
tapi gua yakin kok lu bisa untuk wujutin impian lu itu.
Gua harap lu jangan sedih lagi ya, gua disi udah tenang kok, kalau lu
nagis disini gua bakalan sedih juga.
Your bestfriend
Lian
Utami
By:
Firda zakiya
Ternyata Umur Bukan Penghalang
“Sayang
bangun Sayang, tadi malam Papi kan sudah bilang Kamu harus ikut Papi ke kantor”
suara halus Mami yang hampir setiap Pagi terdengar ditelinga Ku, untuk
membangunkan Ku dan membukakan jendela kamar Ku.
“Aku
kan sudah bilang, Aku tidak mau Mi!” jawab Ku dan kembaling menutup diri dengan
selimut.
“Sudah
Kamu turuti saja kemauan Papi, Kamu kan anak semata wayang jadi siapa lagi yang
akan mengurus semua bisnis Papi mu, tidak mungkin Papi menghabiskan hari tua
sambil bekerjakan, Sayang”
“Tapi
Mii..” Mami menarik tangan Ku dan menuntun Ku ke kamar mandi.
“Sudah
jangan banyak alasan lagi, Kamu mandi lalu ikut sarapan di bawah”
“Iya,
Mami” jawab Ku pasrah, Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi inilah nasib Ku
menjadi ahli waris tunggal dari pengusaha kaya.
Selesai
mandi Aku mengenakan baju yang telah disiapkan oleh Mami Aku tahu pasti Mami pasti
takut Aku hanya memakai kaos oblong dan celana pendek yang biasa Aku pakai
kalau sedang berada di rumah.
Banyak
orang berkata “Hidup Mu enak ya, Wan menjadi ahli waris tunggal dari pengusaha
kaya yang terkenal, bisa kaya tujuh turunana Kamu bahkan lebih”. Ya hanya itu
yang mereka tahu, Aku rela bertukar posisi dengan siapapun asal Aku bisa hidup
tanpa diatur sedikitpun, kalau mereka tahu pasti tidak akan mau bertukar posisi
dengan Ku, Kuliah saja Aku harus masuk fakulitas perbisnisan, Padahal Aku ingin
sekali masuk fakulitas kesenian, banyak orang yang bilang Aku mempunyai suara
yang cukup merdu untuk di dengar, tapi sayang Papi tidak pernah mengizinkan Ku
untuk berkarir di dunia seni, Papi itu memang egois!!.
Tok..tok..
“Den,
sudah di tunggu Tuan dan Nyonya di bawah” ucap Bi Uki.
“Iya
Bi, Awan akan segera ke bawah”
“Baik
Den” lama kelamaan suara langkah kaki yang menuruni tangga pun hilang, Aku pun
segera bergegas turun.
“Morning
Papi, morning Mami” kata Ku sambil mencium pipi mereka.
“Morning
Sayang” seperti biasa hanya Mami yang menjawab sedangkan Papi sibuk dengan
korannya.
“Ini
Sayang rotinya” kata Mami sambil memberikan dua roti tumpuk yang di tengahnya
telah di beri selai coklat.
“Makasih
Mi”
“Wan
Kamu bawa saja rotinya, Papi ada meeting
dengan client penting Papi”
“Baiklah
Pi” seperti biasa hanya menjadi robotnya Papi yang menuruti apa kata Papi.
“Hati-hati
yang Sayang” ucap Mami setelah Aku dan Papi berpamitan.
****
Aku
mencoba keluar dari ruang kerja Papi karena Aku sudah di gerogoti rasa bosan,
saat Aku keluar.
“Aduh
kalau jalan, liat-liat ya mas” suara seorang perempuan yang baru saja Aku
tabrak.
“Sorry..sorry”
ternyata perempuan itu tidak mendengar kata maaf Ku karena dia sudah berlari cepat
sekilas bukan seperti karyawati di sini karena dia menggunakan baju putih dan
rok abu-abu dan itu tandanya dia masih SMA.
“Sorry
Mbak ganggu, apa Mbak tahu siapa yang tadi Saya tabrak?”
“Yang
mana ya mas Saya tidak memerhatikan” tanyannya, ternyata sibuk sekali menjadi
karyawan di sini pantas saja Papi sangat-sangat kaku.
“Yang
tadi pakai seragam sekolah Mbak?”
“Oh,
itu Mbak Lyli anaknya Pak Santoso, tangan kanannya Bapaknya Mas, masa Mas nggak
tahu sih”
“Oh
anaknya Om Santoso, makasih ya Mbak”
*****
Saat
di lobi kantor Aku melihat Lyli sedang asik membaca novel remaja, Aku coba
untuk menghampirinya.
“
Hai”
“Ada
apa Kamu kesini, apa Kamu tidak punya pekerjaan sehingga menggangu orang lain”
Jawab Lyli ketus.
“Ada
sih, tapi penasaran sama Kamu”
“Hai
Pa” tiba-tiba anak itu berlari dan menghampiri laki-laki paruh baya yang
ternyata Om Santoso.
“Kamu
sedang apa dengan Awan? Apa kalian sudah saling kenal?” tanya Papanya.
“Pagi
Om”
“Dia
tuh Pa, yang genit nyamperin Aku”
“Hai
Santoso” kata Papi dari belakang dan menepuk pundak Om Santoso.
“Sedang
apa kalian di sini, sudah jam makan siang lebih baik kita ke resto jepang di depan
kantor” ajak Papi.
*****
Aku
sudah mengira Pasti Lyli akan merasa bosan sebab Aku juga begitu, akhirnya Aku
mengajak Lyli untuk keluar dan ternyata dia mengiyakan ajakan Ku, Ku ajak saja
dia untuk makan di warung nasi uduk Bu Ratmih di pinggir jalan, sambil
bercerita-cerita sejak saat itu Aku dan Lyli menjadi dekat, hampir setiap hari Aku
mengantar Lyli ke sekolah dan mampir di warung nasi uduk Bu Ratmih.
Dia
juga pernah bercerita tentang mantannya yang hanya tergiur dengan hartanya, sampai
saat ini dia menjadi trauma untuk mempunyai kekasih, dia juga cerita kalau saat
ini dia sedang menyukai seorang laki-laki tapi dia belum berani untuk
menyatakan perasaannya.
Semenjak
dia sering cerita tentang laki-laki itu Aku merasa sangat kesal, apa ini yang
dinamakan jatuh cinta, sangat-sangat aneh rasanya.
“Kak,
mau ya temanin Lyli datang ke ulang tahunnya Rina, please!” Pintanya, kenapa dia tidak mengajak laki-laki yang dia
suka, mengapa harus Aku dasar anak ABG, hanya bisa bikin pusing orang dewasa
saja.
*****
Saat
Aku mempertimbangkan kenapa Aku tidak mencoba saja untuk mengatakan sejujurnya
kepada Lyli, tidak ada salahnya kan menghilangkan sesak di dada karena
keinginan yang sangat untuk mendapatkan Lyli apalagi Papi sagat mendesak Ku
untuk mencari calon istri.
“Sayang
Kamu tidak membeli kado untuk Lyli” suara Mami yag tiba-tiba datang dan menyadarkan
Ku dari lamunan.
“Kado?
Buat apa Mi?” tanya Ku binggung.
“Besokan
Lyli sweet seventeen Sayang masa Kamu
tidak tahu?”
Dari
sini ide gila Ku muncul untuk mengajak Lyli makan malam di restoran jepang
dengan suasana yang sangat romantis, segera Ku ambil sweater dan Kunci mobil
untuk membeli kado spesial untuk Lyli.
*****
Setelah
acara ulang tahun Lyli selesai Aku meminta izin kepada orang tuanya untuk
mengajaknya keluar sebentar.
“Kak
Awan sebenarnya kita mau kemana sih?” tanya Lyli penasaran.
“Udah
Kamu duduk manis, dan jangan berisik” dan ternyata untuk saat ini Lyli menuruti
apa kata Ku, setelah sampai di tempat tujuan Aku sengaja memarkir mobil agak
jauh dari lokasi, dan menyuruh Lyli menggunakan penutup mata yang sengaja Ku
bawa.
“Kak
Awan mau kemana sih pakai segala ditutup gini mata Lyli” protes Lyli.
“Sssstttt,
jangan berisik udah jalan, ini kita udah sampai kok”
Setelah
Aku buka penutup matanya, Lyli sangat terkejut dengan suasana yang benar-benar
gelap.
“Kak
Awan kok gelap, Lyli takut”
Nah
kata-kata takut Lyli lah yang menjadikan lampu disekitar menyala, dan ada dua
orang pelayan yang menyuguhkan makanan dan minuman di depan Lyli.
“Waw..
makanannya banyak banget Kak? Buat siapa?”
“Buat Kamulah, dibuka dong”
Lyli
pun membuka tutup saji yang berada tepat di depannya.
“Kak
ada cincinnya loh” ucapnya polos dan langsung memakai dijari manisnya.
“Itu
memang buat Kamu” kata Ku dan mencoba meraih tangan Lyli.
“Ly,
sebenarnya Kakak mulai suka sama Kamu saat pertama kali Kakak nabrak Kamu di
kantor Papi, ya memang ini terlalu terburu-buru sih, Kakak tahu Kamu punya
trauma dengan laki-laki, Kakak disini ingin sekali Kamu tahu kalau Kakak nggak
bisa kehilangan Lyli, Kakak ingin Lyli menjadi perempuan ke dua yang Kakak Sayang
setelah Mami, Lyli maukan jadi orang yang Kakak Sayang?”.
Saat itu Aku hanya melihat Lyli tersenyum dan
menganggukan kepala, Aku masih bertanya-tanya, bukankah Lyli sedang menyukai
seorang laki-laki.
“Kak
Awan, Lyli nggak pernah menyangka kalau Kakak punya perasaan yang sama dengan
Lyli, mau tahu nggak Kakak laki-laki yang sering Lyli ceritain ke Kakak itu
diri Kakak sendiri, Lyli kira Kakak nggak akan suka sama Lyli karena Lyli baru
17 tahun, tenyata umur bukan penghalang”.
“Walaupun
umur kakak delapan tahun diatas kamu, Kakak tetep sayang sama Kamu”.
Rasanya
seperti Mimpi ketiban durian runtuh saja, saat ini Aku sangat-sangat bahagia
dan Aku berjanji tidak akan menyakiti Lyli dan menjaganya melebih apapun.
SELESAI!
By:
Firda Zakiya
Berharganya Persahabatan
Amelia Naysila itu nama gua, temen-temen sih biasa manggil Nay, ya walaupun ada juga yang manggil Amel, Lia, ataupun Sila tapi banyak yang sering ngomel kalau menggil nama gua dengan panggilan selain Nay, ya maklum ortu juga manggil gua Nay jadi kalau ada yang manggil dengan panggilan selain Nay kurang peka ditelinga hehe!
Saat ini gua
duduk di bangku SMA kelas 11, gua memang bukan termasuk anak yang berprestasi
ataupun cerdas tapi gua juga bukan anak yang kurang pintar karena gua selalu
masuk sepuluh besar (sombong dikit..hehe).
Oh ya, gua punya
sabahat namanya Galang sejak SMP gua sama dia udah deket banget kayak perangko
sama suratnya hehe!!, makanya waktu masuk SMA pernah ada gosip kalau gua sama
Galang itu pacaran, tapi gosip itu cepat menghilang ketika gua jadian sama Kak
Niko, waktu itu Kak Niko juga pernah bilang kalau dia jealous banget liat gua
selalu ada di samping Galang tapi untungnya, Kak Niko itu pengertian banget
sama gua, Kak Niko juga cowok pertama gua loh hehehe!!!.
***
“Pagi Nay!” ucap
Galang yang baru saja masuk ke dalam kelas.
“Alhamdulillah!!”
“Heh, kenapa lu?
Bukannya Jawab salam gua!!” protesnya.
“Ya
alhamdulillah dong, sahabat gua yang ganteng ini kan nggak telat hari ini..
haha!!” ucap gua tertawa, soalnya dia itu udah mendapatkan gelar si raja telat
gimana nggak dia itu seminggu bisa empat kali telat bahkan seminggu penuh,
hebatkan dia hahaha.
“Iya dong ini
kan hari rabu, ada pelajaran Pak SS (Sitor Simanjuntak) si kiler, siapa yang
rela coba menyerahkan diri untuk terkena banjir lokalnya Pak SS itu, ih, gua
mah udah kapok banget deh” katanya dengan ekspresi ngeri seakan-akan Pak SS itu
hantu.
“Haha!! Makanya
jangan langganan dateng terlalu pagi dong” kataku sambil meledek.
“Huh, anak ini
minta di..” ucapnya terputus.
“NAYSILAAA!!”
tiba-tiba ada yang memanggil nama gua dari arah pintu masuk, untung saja ada
suara itu jadi Galang nggak jadi menjitak kepala gua hehe!.
Ternyata Kak
Niko, biasa banget kalau manggil udah kayak anak kecil ngajakin main, bikin
malu ajah HUH!.
“Tuh, pacar lu
minta duit jajan hehe” bisik Galang di telinga gua, sekarang malah gua yang
diledekin sama dia.
Tanpa gua
hiraukan kata-kata Galang langsung saja gua hampiri Kak Niko, gua memang sayang
banget sama dia, gimana nggak dia kan cinta pertama gua, sebelum gua jadian
sama dia banyak banget gosip miring tetang Kak Niko, dia sangat terkenal playboy, bahkan Galang sudah
mewanti-wanti, tapi Kak Niko sudah berjanjji akan berubah dan nggak akan
mempermainkan perasaan gua, kalau dia berani ingkar gua hajar dia, gini-gini
gua juga jago karate loh haha!!.
***
Saat aku sedang
asik membaca komik doraemon, tiba-tiba terdengar Round & roundnya Selena
Gomez, pertanda ada yang telpon nih, di mana ya tadi gua taruh handphone, gua mencoba mengingat-ingat,
oh ya di laci meja, gua langsung menuju lanci dan melihat nama di layar. ‘Si
Resek’, Galang?? Ngapain telpon malem-malem gini tumben.
“Halo” sapa gua.
“Cepetan buka
gerbang rumah lu, ada yang gua mau omongin ke lu penting”
“Eh, resek
bukannya salam dulu langsung nyerocos ajah lu!!” omel gua.
“Udah cepetan
dingin nih, cepetan, CEPETAAAN!!” ucapnya dan langsung memutuskan sambungan.
Aku pun segera
membuka gerbang dan mempersilahkan dia masuk, ini yang membuat dia sering
berangkat kesiangan, pulang malem karena bekerja, ini juga yang membuat aku
salut sama dia masih muda tapi nggak mau ngerepotin ortu.
“Ada apa sih?”
tanya gua penasaran.
“Tadi lu smsan
nggak sama Kak Niko?”
“Sore doang sih,
katanya dia mau nganterin mamanya ke rumah sakit, kenapa sih? Tumben lu tanya-tanya”.
“Tadi di kafe
gua liat dia dateng sama cewek Nay, tuhkan apa yang gua bilang”
“STOP! Gua nggak
mau denger lagi, ternyata bener ya kata
temen-temennya Kak Niko kalau lu suka sama gua dan lu nggak suka kalau gua
pacaran sama Kak Niko, makanya lu berusaha buat gua benci sama Kak Niko!! Iyakan?!!”
“Nay, dengerin
gua dulu”
“nggak akan
mendingan lu sekarang pulang!”
“Nay, please
dengerin dulu”
“PULANG!!!” bentak
gua dan Galang pun langsung keluar dari rumah gua.
Langsung saja
gua lemparkan diri gua ke kasur dan berharap kalau semua omongan Galang itu
nggak benar.
***
Semenjak
kejadian tadi malam gua jadi males menegur Galang, telihat jelas kalau Galang
merasa bersalah setiap Glang ingin meminta maaf gua selalu menghindar, gua
masih nggak nyangaka kalau dia melakukan hal kayak gini, dia juga pernah
meminta maaf lewat surat mungkin karena gua selalu menghindar.
Isi surat dari
Galang
Nay mau sampai kapan kita kayak gini? Apa segitu marahnya ya? elu ke
gua sampai lu terus menghindar dari gua, gua minta maaf sama lu kalau kata-kata
gua bikin lu sakit hati, tapi kapan sih gua pernah bohong sama lu? Udah lama
juga lu kenal gua kenapa lebih percaya orang yang baru lu kenal? Gua seneng
banget kok kalau liat lu seneng tapi gua nggak akan biarin satu orang pun
nyakitin perasaan lu, maafin gua dong Nay, PLEASE!!
Galang.
***
Aduh kayaknya
maag gua kambuh deh, ke kantin ajah dulu deh masih lama ini jam istirahatnya,
Galang kemana ya? Oh iya gua kan lagi marah sama dia, huh sendirian deh!.
“Haha, lu hebat
Nik bisa misahin si Naysila sama Galang” tiba-tiba gua mendengar ada nama gua
dan Galang disebut-sebut dalam pembicaraan ini, akhirnya gua mengurungkan niat
gua untuk membeli makanan, sekarang gua mau cari tempat yang PW (Posisi Wuenak)
untuk menguping, ya gua tahu nguping itu dosa tapi ini kan ada hubungan sama
gua mungkin dosanya di perkecil hehe!.
“Ya jelas dong
Niko gitu, cewek mana sih yang nggak klepek-klepek sama gua, apalagi taruhan
kali ini ada plusnya hahaha!!” ucap
cowok itu yang ternyata Niko dan temen-temennya sialan tenyata gua dijadiin
bahan taruan.
“OH, JADI INI
YANG LU RENCANIIN NIK!!” panggilan Kakak
itu terlalu sopan jadi gua nggak pake lagi karena si Niko ini udah nggak pantes
buat diperlakukan layaknya kakak kelas yang baik.
“Nay!” ucapnya
terkejut.
“Aku bisa
jelasin semua kok”
“CUKUP UDAH
JELAS SEMUANYA!!” bentak gua yang sedang membara dan berlari meninggalkan
kantin, gua pun sudah lupa sama perihnya perut gua, sesampainya di kelas gua
langsung duduk dan menjatungkan kepala di atas pergelangan tangan, sudah nggak
kuat rasanya untuk menahan air mata ini, sekuat apapun orang ternyata kalau
lagi sakit hati akan jadi orang terlemah.
“Nay, kenapa
lu?” tiba-tiba Galang ada di samping gua, gua langsung megangkat kepala dan
menangis dibahunya.
“Nay, bilang dong
ke gua, sebenernya lu kenapa siapa yang buat lu kayak gini?” tanyanya hawatir.
“NIKO SIALAN!!!”
teryata ucapan gua membuat temen-temen gua terkejut dan langsung memandang ke
arah gua.
“Memangnya Niko
kenapa? Cerita sama gua?”
“Niko Cuma
jadiin gua dan persahabatan kita bahan taruhan Lang!” ucap gua sambil menangis.
“SIALAN!
Sekarang lu percayakan kata-kata gua kan Nay?”
“Iya, maafin gua
ya Lang!!” ucap gua sambil memeluk Galang.
“Iya gua udah
maafin lu tanpa lu minta kok”
“Gua janji nggak
akan percaya omongan orang lain, gua janji nggak akan mempertaruhan apapun
dengan persahabatan kita”
Dan sejak saat
itu pun gua dan Galang baikan dan berjanji akan saling percaya dan menjaga satu
sama lain, karena persahabatan lebih berharga dari emas sekalipun. J
By: Firda Zakiya
Langganan:
Postingan (Atom)